Selasa, 04 Desember 2012

4 NASIHAT RASULULLAH SAW

Assalamu'alaikum...
Inilah nasihat dari junjungan kita Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam. 
Dalam sebuah hadith, Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepada Abu Dzar Al-Ghifari :

"Wahai Abu Dzar,
1. Perbaharuilah perahumu, kerana lautan itu sangat dalam;
2. Carilah bekalan yang lengkap, karena perjalanan itu sangat jauh;
3. Kurangilah beban, kerana rintangan itu amatlah sukar diatasi; dan
4. Ikhlaslah dalam beramal, kerana yang menilai baik dan buruk adalah Dzat Yang Maha Melihat."
 

 
(1)
Perbaharui perahumu maksudnya perbaikilah niatmu dalam setiap amalan agar engkau memperoleh pahala dan selamat dari siksa Allah s.w.t. Hanya dengan Niat yang ikhlas dapat menghubung setiap perbuatan kita kepada keredhaan Allah. Diserupakannya akhirat dengan lautan yang dalam, perjalanan yang jauh, dan rintangan yang amat sulit untuk diatasi, kerana banyaknya kesulitan dan rintangan yang mesti dilewati untuk sampai kepada kebahagiaan akhirat.

(2)
Bekalan adalah Amal yang soleh, kerana tiada apapun yang diadakan di dunia ini yang mendatangkan manfaat ( sebagai bekal ) kelak di akhirat, selain perbuatan yang tidak melanggar hak orang lain dan bertujuan hanya kepada Allah s.w.t. semata-mata.

(3)
Kurangilah beban, yang bermaksud janganlah mengambil dunia dengan sebanyaknya. Semua hal tentang dunia itu tidak bermanfaat bagimu ( kita ), kecuali hanya akan menjadi beban diakhirat kelak, kerana semua itu akan ditanya (a) dari mana?; (b) bagaimana?; (c) untuk apa?. Ibaratnya, sebiji paku yang kita miliki, kelak akan diminta pertanggung jawaban kita dari mana paku itu kita dapat, bagaimana paku itu kita dapatkan, dan untuk apa paku itu kita pergunakan. Dan itu bererti, semakin banyak kita mengumpul dunia, semakin banyak pula pertanggung jawaban yang harus kita tanggung kelak.

(4)
Ikhlaslah dalam beramal. Dunia ini dihuni oleh sekumpulan makhluk yang tidak sempurna. Yang mempunyai pancaindra yakni penglihatan, melihat jernihnya warna Air laut tampak seperti biru, yang mempunyai pancaindra yakni pendengaran dari suara pada ambang batas frekuensi hanya mulai dari 20 hertz hingga 20.000 hertz sahaja, yang hanya mampu membaca hikmah sebatas ilmu yang dimilikinya sahaja. Haruskah kita mencari penilaian bagi segala amal kita kepada mereka (manusia) yang terbatas? Dan apakah penilaian mereka (manusia) akan menentukan baik-buruknya kita diakhirat kelak?

Anas meriwayatkan bahwa :

"Pada suatu hari Rasulullah keluar rumah, sambil memegang tangan Abu Dzar beliau bersabda : "Wahai Abu Dzar, tahukah engkau bahawa dihadapan kita ada rintangan yang amat sukar untuk diatasi, yang tidak akan mampu untuk melewatinya, kecuali orang yang ringan?" Lantas ada seorang lelaki berkata : "Ya Rasulullah, apakah aku termasuk orang yang ringan atau orang yang berat?" Maka Rasulullah s.a.w bertanya : "Apakah engkau punya makanan untuk sehari?" Lelaki tadi menjawab : "Punya!" Rasulullah lalu bertanya : "Apakah engkau punya makanan untuk esok?" Lelaki itu menjawab : "Punya!" Rasulullah s.a.w bertanya lagi : "Apakah engaku punya makanan untuk lusa?" Lelaki itu menjawab : "Tidak!" Beliau lantas bersabda : "Apabila engkau memiliki makanan buat jatah sampai tiga hari, maka engkau termasuk orang-orang yang berat."
Dari Muaz, Rasulullah SAW bersabda :
"Puji syukur kehadirat Allah SWT yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya, wahai Muaz!"
Jawabku, "Ya, Sayidil Mursalin."
Sabda Rasulullah SAW, "Sekarang aku akan menceritakan sesuatu kepadamu yang apabila engkau hafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau engkau lupakan (tidak dipedulikan) olehmu maka kamu tidak akan mempunyai alasan di hadapan Allah kelak."

"Hai Muaz, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan keagungannya."
"Maka malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada malaikat Hafazah,"Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang mengumpat".

"Esoknya, naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain."
"Kemudian naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit ketiga berkata, "Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena dia seorang yang sombong."

Rasulullah SAW meneruskan sabdanya,
"Berikutnya malaikat Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan si ujub."
Seterusnya amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di pintu langit penjaganya berkata,"Itu adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad."

Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata,"Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan kembali amalan yang indah itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang dapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan itu jangan melintasi langit ini."
Malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang dapat lepas hingga ke langit ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah shalat, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain.

Tetapi penjaga pintu langit berkata,"Saya ini penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran). Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam kelompoknya dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan itu jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka itulah riya'. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan orang-orang yang riya'."

Kemudian malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni shalat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta zikir pada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah SWT.

Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi firman Tuhan,"Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui."
"Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi."
"Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya ini?"
"Laknat-Ku tetap padanya."

Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
"Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka."
Dan semua yang di langit turut berkata,"Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat."

Sayidina Muaz (yang meriwayatkan hadist ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?"
Sabda Rasulullah SAW, "Hai Muaz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan."
Muaz bertanya kembali,"Ya, tuan ini Rasulullah sedangkan saya ini hanyalah si Muaz bin Jabal, bagaimana saya dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?"
Bersabda Rasulullah, "Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain."
"Jangan riya' dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyak perasaan orang lain dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing neraka jahanam."
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud,"Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak badan manusia."

Muaz berkata, "Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?"
Jawab Rasulullah SAW, "Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah SWT. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka." 

Semoga bermanfaat.
Dari berbagai sumber
 

0 komentar:

Posting Komentar

cursor

Allah

walker

chatbox

Follower

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes